Sabtu, 19 Maret 2011

Melawan Prajurit Dapur

Mentari mulai menampakkan wujudnya pagi itu, seperti biasa segelas susu dan sandwich dilengkapi beberapa buah-buahan di kranjang tertata rapi di meja makan.
Dengan berlari kecil menuruni anak-anak tangga Rizqi anak muda berusia 14 tahun 8 bulan menuju ruang makan yang berada bersamaan dengan ruangan dapur. Menaruh tas di kursi makan, menyambar sepotong sandwich sembari mencari pasangan adidas hijau miliknya yang tergletak di rak hijau di sudut ruang dapur. Sambil tergopoh-gopoh berlari mengambil tas dia letakkan sandwich yang baru dua kali gigit dan meneguk susu yang juga tak dihabiskan menghampiri ayah di dalam Nissan Teranno yang sudah siap di depan rumah.
            Tiba di sekolah Rizqi bergegas menuju kelas yang ada di ujung letaknya. Dari pagi jam tujuh hingga sore hari sekitar pukul lima Rizqi habiskan waktunya di sekolahan bersama teman-teman.
 Setiap hari Rizqi selalu membawa bekal nasi dan lauk yang disiapkan oleh bunda di Tupperware biru miliknya. Lagi-lagi Rizqi membuang sisa bekal itu di tong sampah coklat depan kelasnya. Huft ! kasian bekalnya…
Bunda tidak tahu bahwa ternyata bekal - bekal yang selalu disiapkan bunda setiap paginya hanya dibuang di tong sampah oleh anak semata wayangnya itu.
Yang bunda tahu hanyalah setiap pulang sekolah Tupperware biru itu sudah kosong tak berisi lagi.
            Setelah mandi Rizqi langsung menuju ruang istirahat. Bukan untuk menghabiskan buku-buku cerita yang berjajar rapi di ruangan itu, tapi untuk duduk di sofa memelototi LG plasma dan begitu asyik memainkan jari-jari lentiknya di atas stick PS3 miliknya. Bungkus - bungkus snack yang Rizqi bawa dari toko sebrang jalan dekat perempatan itu berserakan di sekeliling membuat suasana terlihat kotor tak terhiraukan sedikitpun olehnya.
Hemmm… kebiasaan buruk itu sudah berkali-kali di tegur ayah maupun bundanya.
            Jarum jam menunjuk kearah  angka sembilan dan angka lima, Rizqi terlelap di ruangan itu. Mulailah ketegangan terjadi bagai kembali di era orde baru yang penuh denga terror dan kekejaman.
Pikirannya jadi melayang berputar-putar sambil menikmati suasana kelelapan malam itu. Pikiran Rizqi terus melayang seolah seorang pemimpin berdiri di depannya dengan kewibawaan membuat orang segan padanya. Sikap bijaksana dan kepandaiannya membawa pencerahan bagi bawahannya.
Derr… derr.. derrr !! suara baku hantam itu membuat Rizqi tersadar dan kembali ke angannya menuju lorong impian dan terus berkelana. Terus dicarinya dimana sumber suara itu.
Berjalan dan terus berjalan suara itu semakin dekat dan dapat di pastikan sumber suara itu ada di balik tirai.
“ Ayo kita buat perhitungan untuk anak nakal itu !”, teriak sandwich dengan nada marah.
“ Setuju !!, aku tidak trima dengan perbuatan anak itu yang selalu membuang aku di tong smpah seenaknya”, timpal nasi ketika itu.
” Jelas-jelas di sekolah anak itu sudah diberi materi tentang ayat Allah yang tercantum pada Al-quran surah Al-israa’ ayat 27 yang berbunyi ”inna mubadzdziriina kaanuu ihwamasy syayaa thin ”, trocos sandwich
sesungguhnya pemborosan-pemborosan itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya,” pisau mengartikan.
” iya benar. Bahkan disekolah juga diajarkan agar kita tidak menyia-nyiakan makanan yang ada, tanggap sendok lagi.
” tapi lagi-lagi anak nakal itu tidak memperhatikan materi-materi yang diberikan ! ”, sesal garpu dengan nada jengkel.
“ Ok, kalo begitu, kita buat strategi untuk memberi pelajaran buat anak nakal itu !!”, lanjut sendok dengan semangat’45nya.
            Ketika para densus 87 penghuni dapur berdiskusi menyusun strategi penyerangan dan para follower alias para prajurit densus 87 menyiapkan amunisi, tiba – tiba……
            “Gubrrraghh…..”, sontak semua yang ada di balik tirai itu melihat kearah suara pecahan guci yang dibelakangnya ada sosok anak remaja yang tak lain adalah Rizqi.
” siapa kalian ?”, tanya Rizqi dengan gemetar.
” kami adalah densus 87 penghuni dapur ini ! , jawab wajan.
” kenapa kalian membicarakan aku ? aku tidak pernah membuat ulah dengan kalian .” triak Rizqi dengan nada membentak.
” apa ? kau bilang kau tak pernah berulah dengan kami ?, hello.... kemana aja kau selama ini ?? tidur ??,” sindir piring.
” kamu itu telah membuat kami mara besar anak muda ! ” gertak gelas.
” apa maksud kalian ? aku tidak pernah mengenal kalian makhluk aneh !” tandas Rizqi.
” kau telah membuang-buang bekal yang diberikan bunda untukmu setiap pagi, karena itu kamu telah melukai hati kami anak muda ! ” jelas Sendok.
” lantas apa yang akan kalian lakukan ?”, tanya Rizqi.
            Para penghuni dapur stand by di posisi masing – masing sesuai peta penyerangan dan kemudian …..
“ Serbuuuu !!!!!....”, sendok mengomandoni semua yang ada di balik tirai itu.
“ derr…derr…derr…”, telur dan tomat meluncurkan rudalnya dari udara disayap kiri mengarah pada Rizqi.
“ jgllerr… jgllerr…”, susu dan tepung menghantamkan jurus-jurusnya menyerang dari sisi sayap kanan mengarah pada wajah oval Rizqi.
” buummm....bummmmm....”, serangan dari arah barat daya oleh panci dan wajan.
Serasa bom meledak di tubuh Rizqi saat itu. Ia berusaha berlari menghindar namun tetap saja tidak bisa. Prajurit di balik tira yang begitu banyak berjajar menunggu giliran aba-aba dari sang komando untuk memberi pelajara kepada anak yang selalu membuang makanan dan tidak dapat mensyukuri nikmat dariNya.
“Aaaaaaampunn….Aaaaaaampunn…..Takutttt….Takutttt….Aaaaaaampunn”, triak Rizqi berulang-ulang sembari mengibaskan tangan kekanan dan kekiri untuk bertahan dari serangan para densus 87 dan penghuni dapur.
”tolongggggg.......... tolongggggg.....ampuuuuunnnnnn.....”,
Ayah dan Bunda yang mendengar triakan bersumber di ruang istirahat itu bergegas menghampiri Rizqi yang tertidur dan membangunkannya.
            “huhuhu…bunda, Rizqi mimpi buruk”, tangis Rizqi sembari memeluk bundanya.
” kenapa sayang ?, ” tanya bunda sembari mengelus kepala Rizqi.
” Rizqi mimpi buruk bunda... hikhikhikhik.....,” jawab Rizqi yang masih terisak tangis.
Ayah memberikan segelas air putih dan menenangkan putranya.
Kemudian Rizqi menceritakan pengembaraannya bersama makhluk-makhluk aneh penghuni dapur yang dialaminya dalam dunia mimpi itu kepada ayah dan bunda.
“Hemmm … Sandwich, nasi, susu, dan semuanya akan marah jika Rizqi mempelakukan mereka seenaknya. Itu balasan bagi anak yang selalu membuang makanan dan tidak dapat mensyukuri nikmat dari Allah,” ayah menasihati Rizqi.
” kini kamu tahu apa yang akan terjadi jika kamu masih saja membuang-buang makanan kan ?, ” tanya ayah.
  mereka akan membalas kamu dengan kejam sayang.” jawab bunda menyela.
“Maafin Rizqi ayah, bunda… mulai besok Rizqi janji tidak akan membuang-buang makanan lagi, dan akan menghabiskan bekal yang telah disiapkan bunda,” sesal Rizqi.

- Otta Qurrota A’yun -

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar