Senin, 30 Agustus 2010

Motivasi Hidup Dari "Si Pemancing Cilik"

Pada tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bersenang-senang. Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali tangannya dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat menikmati permainannya.
Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya.
Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman menyapa duluan. "Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah.
"Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak.
"Lo, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu, kenapa engkau tolak?"
"Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?" tanya si anak penuh harap.
"Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?"
Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup... kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.
Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.
Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama sang paman bertanya, "Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?"
Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai."

Senin, 23 Agustus 2010

Ketupat Merah Putih Never Die

Hadiah kemerdekaan di bulan Ramadhan, antara kebetulan dan rahasia besar Allah SWT

Ayat ini tak asing terdengar di telinga kita :

Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang ebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertaqwa” (Al Baqarah (2) : 183).

Semarak 17 Agustus, hari kemerdekaan republik Indonesia memang sudah berakhir. Ramadhan bulan yang penuh berkah, bulan penuh rahmat dan ampunan memang telah seminggu meninggal kita. Tapi setelah kita melewati keduanya, bisakah kita sejenak menatap dan merenung kembali untuk intropeksi diri. Sudahkah kita memanfaatkan 2 momen besar itu dengan sebaik-baiknya. Atau hanya melewatinya dengan biasa dan sia-sia belaka?

Masih teringat jelas dalam pikiran yang sudah terdoktrin, bahwa bapak proklamator kita Ir Soekarno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan negara kita Republik Indonesia ini pada tanggal 17 Agustus 1945. Tahukah kita bahwa 17 Agustus 1945 bertepatan dengan hari Jumat bulan Ramadhan. Belum jelas pasti tanggal berapa.
Proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 2009

Banyak sumber yang mengatakan tanggal 8 Ramadhan, ada yang mengatakan tanggal 9 Ramadhan, bahkan ada yang menyebutkan tepat tanggal 17 Ramadhan 1365 H. Kita tidak akan pernah mendapatkan data penting soal persitiwa 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan 17 Ramadhan di buku-buku sejarah kontemporer Indonesia manapun.

Jika benar 17 Ramadhan, merupakan tanggal yang dahsyat bagi Indonesia dan Islam. Jumat adalah hari suci umat muslim, dimana muslim diwajibkan menunaikan sholat Jumat ke masjid. 17 Agustus hari kemerdekaan republik Indonesia, sementara 17 Ramadhan adalah malam nuzulul quran.

Yaitu malam diturunkannya wahyu pertama Al Quran oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW ketika menyendiri di gua Hira puncak Jabal Nur (Gunung Cahaya), melalui perantara malaikat Jibril. Dari peristiwa ini apakah kita hanya menganggap kebetulan atau ada maksud dan rahasia besar Allah SWT sengaja memberikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus tepat 17 Ramadhan?

Mengenang kembali perjuangan dan doa untuk para syuhada
Sebelum mengungkap lebih jauh rahasia kemerdekaan Indonesia dibulan Ramadhan, marilah sejenak mengingat, merenungkan dan mengenang kembali bagaimana perjuangan para syuhada yang telah gugur di medan peperangan. Bagaimana mereka berjuang tanpa kenal lelah, tanpa kenal waktu, ikhlas tanpa pamrih. Berjuang merelakan tetes demi tetes keringat dan darah, bahkan merelakan nyawa mereka demi mempertahankan negera Indonesia tercinta.
Perjuangan mempertahankan negara Indonesia

Sudah selayaknya kita sebagai anak-cucu mereka yang tidak memiliki kesempatan berjuang secara fisik, untuk bersyukur dan memanjatkan doa yang tulus untuk para syuhada. Agar mereka mendapatkan tempat terindah disisi Allah SWT, amin amin ya Rabbal alamin. Serta melajutkan perjuangan dan cita-cita mereka yang merupakan cita-cita bangsa.