Selasa, 31 Mei 2011

Akhir Penantianku

Suara adzan menghentikan tanganku yang begitu asik di depan laptop. Berjalan untuk mengambil air wudhu dan kemudian kutunaikan kewajibanku.
Usai sholat aku kembali menari bersama jari-jariku di depan laptop. Satu notification dalam home facebookku.
            “Assalamualaikum dek, sudah sholat ?”
            “Walaikumsalam mas, adek sudah sholat. Mas sudah belum?”
            “Ha…ha…ha… mana berani mas mengingatkan kalo mas belum sholat”
Mas Farhan. Begitulah panggilan akrabnya, sahabatku juga kekasih pertamaku. Perjalanan cintaku dengan Mas Farhan tidak begitu lama. Hanya tiga bulan saja. Ibu Mas Farhan tak memberi restu pada hubungan kita lantara aku bukan keturunan seorang kiyai. Hal itu membuatku harus melupakan Mas Farhan untuk selamanya.
            Kesendirian kualami tak begitu lama. Akhirnya aku dipertemukan dengan seorang lelaki yang gagah dan tampan. Kang Fahris panggilku padanya.
            Umi. Yah.. . Umi adalah panggilan akrabku pada ibu asrama. Karena Umilah aku dapat bertemu dan mengenal Kang Fahris cukup jauh.
            Hubunganku dengan Kang Fahris baik – baik saja dan terhitung cukup lama. Sampai peristiwa yang mengecewakan itu terjadi, tepatnya enam bulan sebelum acara lamaran tiba, akupun harus ditinggalkan oleh Kang Fahris. Entah karena apa, tak jelas  dengan mudah Kang Fahris memutuskan hubungan kami hanya dengan satu kalimat yang begitu jelas dan dalam “Maafkan aku dek, hatiku sekarang tidak mempunyai rasa apapun padamu lagi. Mungkin ini memang aneh, tapi sungguh aku berkata dengan hatiku yang sejujurnya. Aku tahu ini pahit bagimu, tapi aku harus mengatakannya semua ini padamu. Aku benar – benar minta maaf dek, tidak bisa meneruskan hubungan kita ini”
            Kali ini hatiku seakan berceceran tak karuan. Terduduk lemas tanpa daya,  merenung dan tetap terdiam dalam kamar.
Fikiranku kini mulai berkelana tak tentu arah. Kembali terbayang hubunganku dengan Mas Farhan, laki – laki yang kukenal begitu lama menambah goresan dalam hati ini. Tak habis fikir olehku kenapa semua ini terjadi silih berganti. Susul menyusul bagaikan ombak yang tidak pernah berhenti. Namun satu hal yang aku sadari sebagai hikmah dibalik semua ini. Bahwa hanya Allah yang dapat membolak-balikkan perasaan hamba-Nya. Yang semula cinta menjadi tak cinta,yang tadinya tak cinta menjadi cinta. Seperti hubunganku dengan Kang Fahris yang jadi begini.
            Pikiranku terus berkelana, rasa marah, pesimis, sedih, dan komplotannya aku rasakan saat ini.
            “Sedang apa nduk? Masih mikirin Kang Fahris ?” Umi membuyarkan lamunanku.
“Sudahlah nduk, semua pasti ada hikmahnya. Allah itu menciptakan hamba-Nya berpasang-pasangan. Percayalah !”, Umi mencoba menghiburku.
“Alhamdulillah, sepertinya Allah masih menyimpan laki – laki yang lebih baik untukmu. Hanya saja kita belum menemukan jalannya. Sabarlah nduk, Allah mencintai orang – orang yang sabar”, Umi menasihatiku.
            Tak adil rasanya jika aku harus marah dengan Umi. Karena Umi lah yang selalu merekomendasikan beberapa calon padaku. Mulai dari dosen muda hingga yang lulusan S3 sekalipun. Walaupun akhirnya tetap saja nihil. Mereka bukanlah jodoh yang ditakdirkan untuk mengarungi bahtera kehidupan bersama denganku.
Sudah lima kali Umi mengenalkanku dengan laki-laki pilihan Umi, tapi akhirnya tak berujung pada pernikahan. Pernah Umi mengenalkanku pada seorang dosen dan aku pun mencintainya. Tapi lagi-lagi permasalahan ada pada ibu “si dosen” yang tak menyetujui karena aku bukan keturunan tokoh agama ternama.  Kembali aku down dan trauma untuk menjalin hubungan dengan laki-laki karena pengalaman – pengalaman yang berakhir dengan kepahitan.
“Seburuk apakah aku hingga tak lagi ada lelaki yang mau denganku?”.
 “Apa karena aku hanya seorang santri yang miskin, dari keluarga petani karet sehingga aku tak pantas hidup dengan lelaki manapun?”, terlintas pertanyaan-pertanyaan bodoh pada diriku.
Dengan berlinang air mata aku beranjak dari kasur kecilku dan berdiri tegap didepan cermin. Malu rasanya menangis didepan bayanganku sendiri. Dengan seksama ku cermati bayangan diri ini dan … deg … deg…. seolah memberi pompa saat itu. Subhanaallah.
“Woi !! sadar mbak…! Buat apa kamu menangis?”
“Buat laki-laki yang memang belum menjadi jodohmu ?”
“Apa dengan menangis jodohmu akan jatuh dari langit? Terus masalah bisa selesai begitu saja ?”
“Semua tidak benar ! justru  kamu akan terlihat begitu lemah”
“Kamu akan terlihat begitu rapuh, padahal kamu yakin atas jodoh yang diberikan Allah pada setiap  hambanya bukan ?”
Cukup lama aku berbincang didepan cermin bersama bayangan diri sendiri. Mata yang basah karena tangisku begitu berat rasanya hingga mengantarkanku pada indahnya bunga-bunga tidurku.
“assalamualaikum… nduk, ayo ikut Umi ke Kulonprogo?”
Suara Umi yang memberi ketenangan mengagetkanku ketika aku menyantap sepiring bubur ayam.
            “walaikumsalam… ke Kulonprogo umi ? Untuk apa? Ada acara apa to Umi ?”
            “Umi cuma kepingin mengunjungi Simbah, tapi Abi baru ada acara jadi Umi ngajak kamu nduk”.
            “wealah Umi… minta diantar saya to ? heheh…. Siap laksanakan ! Umi, saya ganti dulu ya mi?”
            “ya nduk… jangan lama-lama dandannya, udah cantik kok”. Ledek Umi padaku.
            Usai berberes aku dan umi meluncur ke Kulonprogo. Di Kulonprogo aku dikenalkan dengan cucu simbah yang kebetulan setara studinya denganku. Mas.Halim namanya, kuliah S2 tafsir hadist.
Sejak saat itu, setiap pagi ada sebuah nasehat yang memenuhi inbox hp ku. Yah, sms nasehat-nasehat itu dari seorang yang baru aku kenal. Mas.Halim.
Mas Halim… orangnya sabar, bijak, dan murah senyum.
            Suatu ketika Mas.Halim memberikan nomer hp ku pada temannya yang studi S3 di tafsir qur’an. Aku tak tau apa maksud Mas.Halim mengenalkanku padanya. Entah kebetulan entah disengaja umi mengetahui hal ini.
Aku begitu kaget ketika umi menawariku untuk berhubungan dengan teman mz.halim itu. Aku mencoba menjelaskan pada umi. Aku begitu takut untuk menjalin hubungan dengan lelaki baru kali ini. Trauma karena aku tak mau jatuh pada lubang yang sama.
            “nduk, piye ? kamu manteb ndak sama temannya Mas.Halim itu ?”
            “aduh umi, aku itu ragu jhe. Gimana ya umi ?”
            “lho , wong yang nglakoni kan kamu to? Kok malah tanya umi ?”
            “apa aku itu pantas mendampingi temannya Mas.Halim yang S3 itu umi ?”
            “dicoba dulu nduk, sapa tau ini jodohmu. Yang penting itu kita sama-sama berdoa, memohon pada Allah agar diberi jodoh yang terbaik nduk”.
            Umi yang selalu perhatian padaku kembali memompa hati yang masih dalam keraguan ini. Ternyata Mas.Halim bercerita banyak pada umi tentang temannya itu.
            Sebuah surat pendek masuk di nomor ponselku.
“perkenalkan nama saya albar, saya temannya halim. Kalo boleh dan diizinkan saya akan mempererat tali persaudaraan diantara sesama muslim.”
            Kurang lebih begitulah sms dari mz.albar. sejak itu aku dan mz.albar mulai PDKT alias pendekatan. Tiga minggu, empat minggu, lima minggu, hingga minggu ke delapan aku mencoba mengenali sosok mz.albar lebih dalam.
            Umi mengerti hal ini dan sedikit mengkhawatirkan hubunganku dengan mz.albaryang kian hari kian dekat. Umi kemudian berunding dengan abi dan mengajak aku dan keluargaku bersilaturahim ke rumah orang tua mz.albar.
            Singkat cerita, aku dan keluarga serta umi juga abi mengunjungi rumah mz.albar yang berada di daerah prambanan. Tak menunggu lama, hanya dua puluh lima hari mz.albar dan keluarga membalas kunjungan kami sekaligus melamarku.
            “Ya Allah… inikah anugrahmu? Setelah sekian lama aku berusaha, sekian lama pula aku mengorbankan perasaanku yang akhirnya Kau gantikan kesedihan lalu dengan kebahagiaan ini. Sungguh Engkau maha adil.”
            “Alhamdulillah Yaa Rob… Engkaulah yang maha mengerti dan mengatur segalanya. Semoga kami dapat mewujudkan keluarga yang sakinah mawadah warohmah…amin”
            Tak dapat kubendung lagi air mata ini ketika ku bermunajah pada Sang Kuasa malam ini. Malam-malam yang hampir mendekati bulan Juni. Bulan Juni yang kan menyatukan dua hati dan dua keluarga.


kawand...... jangan berhenti untuk berusaha yaa.....
yakinlah bahwa Alloh memiliki rencana indah dibalik semua kepedihan hidup ini..
jangan bosan membaca file dari FOLDER GEJE otta :)
FOLDER GEJE otta menerima saran dan kritik dari kawand-kawan semua ...
trimakasihh....