Kamis, 26 Januari 2012

Rahasia di balik Semesta

Hamparan biru mengangkasa
Surga bagi para burung simurg
Hamparan hijau mendunia
Zamrud khatulistiwa pun terbentang
Hamparan  air mengalir
Penuhi celah kehidupan
Ciptaan Sang Penguasa alam
            Percayalah..
            Hanya dengan enam masa
            Tanpa iblis dan anak cucunya
Dia ciptakan matahari dan bulan
            Dia ciptakan bumi juga tujuh lapis langit
Dia sebarkan hewan-hewan
Sebarkan semak ilalang tumbuhan
Juga sebarkan benih rizqi
Tuk melengkapi sebuah peradaban
Semua kan tunduk pada-Nya
            Kini Dia bersemayam di Arsy
            Dia lah sang Pencipta
            Sang Maha Tahu
            Atas segala rahasia kehidupan.

--M.Qurrota A’yun--

Kamis, 19 Januari 2012

Pena Tanpa Dendam

“ Tata...Tata... mau foto bareng dong.”
            “ Tata... tolong tandatanganin kaosku dong.”
            “ Iya sabar ya... satu – satu,” jawabku sambil terus menebar senyum dan memainkan jari-jari lentikku ini.
            Puluhan orang berkumpul memenuhi ruangan bahkan puluhan lainnya mengantri di luar ruangan. Siang ini batang hidungku  hampir tak terlihat karena tertutup oleh lautan manusia dalam acara bedah buku yang berjudul “Tuhan, Ijinkan Aku Membunuh Ibu”. Buku dengan tebal 190 halaman ini menjadi salah satu buku yang di cover depannya tertulis “best seller”. Disain cover yang berwarna dasar hitam dengan tuliasannya berwarna putih ini mampu membius puluhan bahkan ratusan orang untuk melesat tinggi menembus lapisan awan, terbang jauh bersama kumpulan pipit di angkasa, bebas temukan ide – ide konyol yang kan tertuang dalam goresan – goresan tajam yang menginspirasi dunia. Kepahitan dan keikhlasan mengantarkanku meraih sebuah kebahagiaan besar.
            Kebahagiaan ini berawal dari catatan harianku hingga akhirnya aku memberanikan diri menggores kata dalam sebuah alur crita kehidupanku. Berkali – kali naskahku ditolak media. Berkali – kali aku mengelus dada. Aku tetap tabah. Tak sedikit pun tergores kedendaman dalam hati. Tapi kali ini aku bisa tersenyum lebar menikmati sebuah perjuangan. Bahkan saking lebarnya aku tertawa, sebuah benda yang cukup keras menimpaku.
            Bruggghhh... aku terbangun kaget. Lemparan bantal dari tangan adikku pun meluncur membuyarkan kebahagiaanku di negri impian itu. Akupun berdiri sambil menguap menatap selembar kertas yang sengaja aku tempelkan di depan kasur kecilku. Kertas yang bertuliskan “PETA HIDUP TATA” itu lah yang selalu menyulutkan api semangat dalam diriku. Semangat tuk meraih satu demi satu target hidupku. Termasuk targetku tuk menerbitkan buku pertamaku di bulan Agustus 2012.       

Sabtu, 07 Januari 2012

Ibuku Berbeda

Hampir semua Ibu rela  melakukan apa saja demi buah hatinya. Di saat si Buah Hati memiliki masalah, pasti Ibu akan ikut campur dan melakukan suatu tindakan agar si Buah Hati dapat keluar dari permasalahannya. Entah dengan cara apa pun itu.
 Tapi berbeda dengan Ibuku. Saat aku duduk di bangku SD, aku bukan anak yang baik dan juga bukan anak yang nakal. Kebanyakan teman mainku laki-laki.
            Seperti biasa. Usai sekolah aku langsung menuju lapangan, berkumpul bermain ceplukan[1].
            “Derr...derr....derr...tiarappp...majuu...“,Triakan itu meramaikan suasana di lapangan.
Aku berada di balik semak. Aku bidik salah seorang teman. Sebut saja Dedy.
            “Derrr......derrrr.....”,Triakku sambil melepas peluru kearah Dedy. Seketika Dedy tertunduk memegang lengan. Diam.
            “Ded, kamu ....”
            “huahha...huahha...huahha...”,tanpa berkata Dedy hanya memandangku, kemudian berlari sambil menangis kencang.
            Tapi permainan tak terhenti disini. Kami terus berlari, dan terus mencari sasaran. Sampai adzan ashar berkumandang. Barulah kita menghentikan permainan itu dengan triakan “hore ....aku menang...!”.
            “assalamu’alaiku”,Aku membuka pintu.
            “wa’alaikumsalam... sini nak duduk disamping Ibu”
            “ada apa bu ? oiya bu tadi aku berhasil nembak si Dedy sampai nangis”
            “anak manis... tadi Ibu nya Dedy juga sudah crita disini. Ayo sekarang anak manis harus berani bertanggung jawab.”
            “maksud Ibu ? aku harus minta maaf sama Dedy ?”
            “bukan hanya Dedy, tapi juga dengan Ibu nya Dedy”
            “takut bu...”
            “pilih jadi pahlawan atau jadi pengecut?”
            Tanpa menjawab pertannyaan Ibu, aku langsung menuju rumah Dedy untuk mempertanggung jawabkan perbuatanku.
            Begitulah cara Ibu membesarkanku. Tak pernah mencampuri urusanku dengan teman, namun selalu memantau dan meluruskan jika aku salah melangkah. Karena Ibu, aku mampu berdiri sekuat batu karang. Dengan semangat yang diberikan Ibu dan cinta tulus dari Ibu membuatku kuat bertahan dalam kerasnya kehidupan. Tanpa harus aku bersembunyi dibalik ketiak Ibu. Trimakasih Ibu.
------otta------

Biodata :
FTS ini ditulis oleh M.Qurrota A’yun. Seorang pelajar  MAN Yogyakarta 1 yang lahir pada tanggal 30 Agustus 1993 di Yogyakarta. Saat ini statusnya sedang menumpang di gubug orang tuanya di Mancasan WB2/696 Rt.40 Rw.09 Wirobrajan Yogyakarta. Status lain yang disandangnya adalah siswi Sekolah Menulis Cerpen Online Writing Revolution 08 dan baru belajar untuk menggores kalimat demi kalimat bersama kawan-kawan di Writing Revolution lainnya.



[1] permainan tradisional DIY berupa permainan tembak-tembakan dengan bambu, pelurunya dari koran basah yang dibuat lingkaran kecil-kecil