Malam ini sengaja aku tak keluar rumah. Enggan rasanya menikmati
malam ketika grimis datang. Aluna saxaphone[1]
Kenny-G favoritku menjadi soundtrack suasana malam ini. Kuteguk
secangkir teh dan kunikmati bakpia[2]
yang sejak beberapa menit tadi disuguhkan oleh adikku sebelum dia meninggalkan
rumah. Rizqi. Seperti biasa, setiap sabtu malam Rizqi selalu bersepeda
mengelilingi kota istimewa ini bersama dengan teman - teman satu komunitasnya.
Sepi dan sendiri. Kuambil handycam yang tergletak di meja
kerja ayah. Aku membukanya perlahan.
“Kakak ayo buruan bangun sudah sore. Jadi jalan - jalan ke Kuta[3]
gak ,”triak ibu yang sedang membereskan kamar.
“Ayo kita bangunkan si “ratu kapas”[4]..ehehe..”bisik
Rizqi di depan handycam.
Aku tersenyum
kecil menikmati keusilan adikku dalam video amatir saat berlibur di pulau
dewata itu. Rasa rindu akan kenangan itu, mendorongku untuk menikmati satu per
satu video yang ada di handycam.
“Kakak, jangan jajan sembarangan ya? Ibu sudah membawa kue kesukaan
kakak lho...” Tegur ibu saat aku hendak membeli jajanan di daerah Monas.
“Kakak, jangan
lama-lama main airnya. Kasian adik kedinginan.” Triak ibu saat aku hendak menikmati serunya meluncur bersama Rizqi di
waterboom Jakarta.
“Kakak, jaga adik
ya.. yang rukun dan gak boleh boros. Ingat juga pesan ayah, jangan lupa
baca quran setiap selesai sholat magrib minimal dua puluh menit.” Bisik ibu
sembari memelukku sesaat sebelum terbang meninggalkan indonesia.
Video - video itu mengingatkanku akan sebuah kehangatan sebuah cinta
yang tulus ikhlas. Aroma kerinduan semakin tajam dengan suasana yang begitu
mendukung. Memang sejak seminggu lalu ayah dan ibu meninggalkan Indonesia untuk
beberapa bulan kedepan.
Aku terus
memperhatikan bagian demi bagian dari video - video itu. Aku sangat merindukan
clotehan - clotehan manis yang terdengar seperti radio tua yang sedang ada
gangguan di bagian speakernya itu.
Terdengar sangat
mengganggu saat clotehan - clotehan itu menggema di telinga. Tapi justru
clotehan - clotehan itulah yang selalu membuatku bersemangat meraih sebuah
impian besar dalam hidupku. Terkesan aneh tapi begitulah adanya. Aku sangat
merindukan clotehan - clotehan ibu yang ku sebut dengan clotehan manis dari
radio rusak.
(Ditulis di kamar berukuran
kecil ditemani sebungkus kuaci matahari favoritku dan sebotol jus serta beberapa
potong roti bakar)
Yogyakarta, 15 Februari 2012
Biodata
:
M.Qurrota
A’yun adalah mahasiswa baru di Universitas Ahmad Dahlan jurusan Psikologi. Gadis periang ini lahir pada
tanggal 30 Agustus 1993 di Yogyakarta. Saat ini statusnya sedang menumpang di gubug orang tuanya di Mancasan WB2/696
Rt.40 Rw.09 Wirobrajan Yogyakarta. Selain itu gadis ini juga sedang belajar
untuk menggores kalimat demi kalimat bersama kawan - kawan di Writing
Revolution.
[1] Saxaphone adalah alat musik yang masuk dalam katagori aerophone,
single-reed woodwind instrument. Biasa digunakan dalam musik jazz dan memiliki
berbagai jenis dengan range yang berbeda.
[2] Bakpia adalah salah satu makanan khas kota Yogyakarta yang terbuat
dari campuran kacang hijau dengan gula yang dibungkus tepung lalu di panggang.
[3] Kuta adalah salah satu pantai yang juga biasa disebut sebagai pantai
matahari terbenam. Terletak di kabupaten badung sebelah selatan Denpasar, Bali.
[4] Ratu kapas adalah julukan dari adikku untuk aku karena salah satu
kebiasaanku yang sulit dibangunkan saat tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar