Kamis, 19 Januari 2012

Pena Tanpa Dendam

“ Tata...Tata... mau foto bareng dong.”
            “ Tata... tolong tandatanganin kaosku dong.”
            “ Iya sabar ya... satu – satu,” jawabku sambil terus menebar senyum dan memainkan jari-jari lentikku ini.
            Puluhan orang berkumpul memenuhi ruangan bahkan puluhan lainnya mengantri di luar ruangan. Siang ini batang hidungku  hampir tak terlihat karena tertutup oleh lautan manusia dalam acara bedah buku yang berjudul “Tuhan, Ijinkan Aku Membunuh Ibu”. Buku dengan tebal 190 halaman ini menjadi salah satu buku yang di cover depannya tertulis “best seller”. Disain cover yang berwarna dasar hitam dengan tuliasannya berwarna putih ini mampu membius puluhan bahkan ratusan orang untuk melesat tinggi menembus lapisan awan, terbang jauh bersama kumpulan pipit di angkasa, bebas temukan ide – ide konyol yang kan tertuang dalam goresan – goresan tajam yang menginspirasi dunia. Kepahitan dan keikhlasan mengantarkanku meraih sebuah kebahagiaan besar.
            Kebahagiaan ini berawal dari catatan harianku hingga akhirnya aku memberanikan diri menggores kata dalam sebuah alur crita kehidupanku. Berkali – kali naskahku ditolak media. Berkali – kali aku mengelus dada. Aku tetap tabah. Tak sedikit pun tergores kedendaman dalam hati. Tapi kali ini aku bisa tersenyum lebar menikmati sebuah perjuangan. Bahkan saking lebarnya aku tertawa, sebuah benda yang cukup keras menimpaku.
            Bruggghhh... aku terbangun kaget. Lemparan bantal dari tangan adikku pun meluncur membuyarkan kebahagiaanku di negri impian itu. Akupun berdiri sambil menguap menatap selembar kertas yang sengaja aku tempelkan di depan kasur kecilku. Kertas yang bertuliskan “PETA HIDUP TATA” itu lah yang selalu menyulutkan api semangat dalam diriku. Semangat tuk meraih satu demi satu target hidupku. Termasuk targetku tuk menerbitkan buku pertamaku di bulan Agustus 2012.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar